Buat Para Suami Istri
Kemarin malam
ketika saya dan suami sedang rapat akhir tahun di rumah, teman saya tiba tiba
datang ke rumah dan kami pun menghentikan rapat tersebut untuk sementara waktu.
Mungkin bagi teman saya ada yang aneh di keluarga saya. Iya…benar. Ada rapat
Akhir Tahun di rumah saya. Anggota-nya pun hanya saya dan suami karena anak
anak masih terlalu kecil untuk tahu masalah RAT (Rapat Akhir Tahun). Saya
bertindak sebagai pelapor dan notulen sedangkan suami saya sebagai Pihak yang
menerima laporan saya.
Sebenarnya
perlu tidak sih sebuah laporan keuangan, perencanaan dan juga evaluasi kerja di
dalam rumah tangga? . mungkin untuk beberapa orang (termasuk saya) itu perlu
sekali. Tujuan dan fungsi-nya bukan karena kita takut atau kita tak dipercaya
oleh suami kita, tetapi lebih kepada sikap profesionalitas kita dalam mengelola
uang di dalam rumah. Suami wajib tahu apa yang kita dapat, apa yang kita
keluarkan, dan apa kebutuhan kita. Kedengarannya rumit dan terlalu baku kalau
itu tidak dijelaskan secara sederhana. Tetapi yang namanya istri harus bisa
mempertanggungjawabkan apa yang dititipkan oleh suami kepada kita selama ini.
Dibawah ini contoh perencanaan, Pertanggungjawaban, dan Evaluasi sederhana ala
kehidupan desa.
# 1. Akan saya
mulai dengan tahapan pertama yaitu perencanaan atau istilah popular-nya RAB
(Rencana Anggaran Belanja). Secara garis besar, pada awal tahun saya dan suami biasa
memimpikan proyek proyek besar untuk
satu tahun ke depan dengan diwujudkan dalam sebuah coretan coretan di kertas.
Perencanaan ini sebaiknya benar benar matang. Antara keinginan istri dan suami,
di sinkron-kan dengan menyesuaikan apa yang akan kita dapat di tahun ini. Misal
kita punya gambaran dana 20 juta dalam satu tahun, maka kebutuhan besar yang
seharusnya bisa diwujudkan adalah sebesar 20 juta atau dibawahnya. Apabila ada
mimpi lain diluar kebutuhan primer dan mendesak, maka itu dimasukkan dalam rencana khusus. Tentu saja dengan
mengesampingkan ego masing masing ya?? Semua harus didasarkan pada kebutuhan
paling mendasar dulu seperti kebutuhan rumah tangga selama satu tahun. Kalau
hemat saya, istri lebih detail menghitung bagian ini. Berikut contoh perencanaan sederhana:
1. Kebutuhan
dapur. Kebutuhan dapur sehari Rp 20,000 X 30 hari X 12 Bulan = ……
2. Kebutuhan
pendidikan Anak. -. Iuran Wajib perbulan X 12 Bulan.
-.
Belanja ATK per tahun
-.
Jatah rekreasi anak di Sekolah X ! tahun (dan RAB laindari pihak
sekolah yg biasanya sudah disosialisasikan oleh pihak sekolah
per tahun-nya).= ……
3. Kebutuhan
jajan Anak. Hitung saja berapa rupiah si anak jajan per hari pada umumnya khe
khe….
4. Semua
insyaAllah punya RAB yang hanya diketahui oleh masing-masing pribadi rumah
tangga. Diteruskan sendiri hhe.
# 2. Bagian
kedua yaitu Pertanggungjawaban atau kalau tiap akhir tahun biasa saya sebut Tutupan. “tutupan” ini boleh dilakukan
tiap akhir minggu, akhir bulan, bahkan akhir tahun. Tetapi kalau hemat saya,
mau dilaporkan di periode mingguan, bulanan ataupun tahunan akan lebih bijak
kalau kita tetap konsisten pada penulisan yang rinci. Rinci disini adalah kita
sebisa mungkin mengingat pemasukan dan pengeluaran apapun yang sudah kita
lalui. Uang apa saja yang masuk, apa saja yang kita belanjakan, dan sisa
ataukah kurang? Kalau kita terbiasa mencatata ataupun menginmgat apa yang kita
lakukan, maka tidak ada lagi tumpuan kesalahan ataupun missCominuation antara
kita dejngan suami. Semua ada catatannya, ada laporannya. Sama sama enak dan
lega kalau dikelola bareng. Istri jangan hanya mau enaknya saja belanja ini dan
itu sementara suami di luar sana bekerja mati matian untuk keluarga tetapi
tidak tahu uang itu untuk apa saja. Pun sebaliknya, Suami jangan hanya mau
ambil; beresnya saja tanpa tahu bahwa urusan dapur membengkak setiap harinya
bukan karena istri tak pandai mengurus uang, tapi karena harga memang meroket
naik sementara penghasilan kita segitu gitu saja (hikz…sedikit curcol). Ini
yang kadang menimbulkan ketegangan tak terpecahkan. Kalau sama sama mau terbuka
kan lebih enak, istri jadi tau suami itu sudah melakukan yang semaksimal
mungkin, dan suami juga tahu bahwa kebutuhan di rumah itu tidak hanya sekedar
nasi ditumpangi sayur dan lauk. Karena untuk sayur dan lauk yang enak perlu
bumbu yang lengkap dan beraneka juga varietasnya khe khe khe. Laporan peng
SPJ-an ini akan semakin bersifat ilmiah dan terkesan mewah kalau dituangkan
dalam bentuk kertas bukan? Meskipun kalau memang sudah sangat malas dengan
ribetnya urusan lain, kertas itu bisa saja dibuang dengan persetujuan kedua
belah pihak (istri dan suami)
# 3. Tahap
terakhir yaitu evaluasi. Setelah merencanakan agenda, melaluinya dan
melaporkannya, kini bagian si suami atau istri evaluasi hasil kerja masing
masing. Kalau ada sisa di laporan realisasi, maka sudah selayaknya itu menjadi
rezeki berdua. Mau ditabung atau dimasukkan dalam Rencana Khusus adalah hak penuh kita dalam mengelola. Kalaupun
masih kurang, (apalagi kurang banyak hha) itu juga menjadi tanggung jawab suami
dan istri. Suami harus lebih giat lagi ubat ubut ubet di luar, istri juga harus
lebih irit dan efisien serta cerdas ketika memegang uang dari suami ( hikz
hikz.)
Jadi kembali lagi pada awal tadi, semua
kebijakan dalam rumah tangga terghantung pada para penghuninya. Kalau saya dan
suami terbiasa berdiskusi dan saling melaporkan apa yang terjadi di sisi
kehidupan masing masing ketika sedang tidak bareng. Saya akan lebigh paham apa
kebutuhan suami, suami juga akan lebih ,mengerti keinginan istri tanpa harus
kita minta. Akan terlihat poin poin kosong yang seharusnya diisi oleh dua
orang. Poin poin kosong yang membutuhkan evaluasi bersama (semisal make up,
shoping, rekreasi keluarga, dll). Poin ini masuk dalam sensitifitas pasangan.
Sederhana itu mudah, tidak ribet dan sesuai dengan kemampuan. Ada dua
tipe laporan yang menurut hemat saya bisa diterima oleh suami tetapi tidak
harus melalui proses seperti yang saya paparkan di atas tadi. Ini dikarenakan
potensi seseorang berbeda beda, kemampuan dalam mengelola berbeda beda dan
kemampuan dalam menyampaikan juga berbeda. Everybody has different Style.
Jika tak mampu menulis, tuangkan dalam perbincangan hangat di malam
hari ditemani teh hangat atau kopi manis dan pilih waktu ketika anak anaka
sudah tidur nyenyak. Jangan suguhkan RAB, Laporan dan Evaluasi ketika Suami
sedang capek, sedang badmood, ataupun ketika dia baru bepergian (ini penting
sekali memilih timing yang tepat lho…berhasil atau tidaknya bergantung juga
pada pemilihan waktu yang bijak. Dikondisikan masing masing saja ya???). Dan
untuk yang suka menulis, buatlah laporan yang mudah dipahami, enak didengar dan
tidak membuat pikiran jadi tambah mumet (apalagi kalau setelah ditotal ternyata
masih minus saldo-nya hikz), karena laporan yang enak adalah yang lugas, jelas
dan padat.
SEMOGA BiSA
BERMANFAAT YA???
Tidak ada komentar: