Wednesday, April 9 2025

Header Ads

Breaking News
recent

Buat Para Suami Istri



Kemarin malam ketika saya dan suami sedang rapat akhir tahun di rumah, teman saya tiba tiba datang ke rumah dan kami pun menghentikan rapat tersebut untuk sementara waktu. Mungkin bagi teman saya ada yang aneh di keluarga saya. Iya…benar. Ada rapat Akhir Tahun di rumah saya. Anggota-nya pun hanya saya dan suami karena anak anak masih terlalu kecil untuk tahu masalah RAT (Rapat Akhir Tahun). Saya bertindak sebagai pelapor dan notulen sedangkan suami saya sebagai Pihak yang menerima laporan saya. 

Sebenarnya perlu tidak sih sebuah laporan keuangan, perencanaan dan juga evaluasi kerja di dalam rumah tangga? . mungkin untuk beberapa orang (termasuk saya) itu perlu sekali. Tujuan dan fungsi-nya bukan karena kita takut atau kita tak dipercaya oleh suami kita, tetapi lebih kepada sikap profesionalitas kita dalam mengelola uang di dalam rumah. Suami wajib tahu apa yang kita dapat, apa yang kita keluarkan, dan apa kebutuhan kita. Kedengarannya rumit dan terlalu baku kalau itu tidak dijelaskan secara sederhana. Tetapi yang namanya istri harus bisa mempertanggungjawabkan apa yang dititipkan oleh suami kepada kita selama ini. Dibawah ini contoh perencanaan, Pertanggungjawaban, dan Evaluasi sederhana ala kehidupan desa.
# 1. Akan saya mulai dengan tahapan pertama yaitu perencanaan atau istilah popular-nya RAB (Rencana Anggaran Belanja). Secara garis besar, pada awal tahun saya dan suami biasa memimpikan proyek proyek besar  untuk satu tahun ke depan dengan diwujudkan dalam sebuah coretan coretan di kertas. Perencanaan ini sebaiknya benar benar matang. Antara keinginan istri dan suami, di sinkron-kan dengan menyesuaikan apa yang akan kita dapat di tahun ini. Misal kita punya gambaran dana 20 juta dalam satu tahun, maka kebutuhan besar yang seharusnya bisa diwujudkan adalah sebesar 20 juta atau dibawahnya. Apabila ada mimpi lain diluar kebutuhan primer dan mendesak, maka itu dimasukkan dalam rencana khusus. Tentu saja dengan mengesampingkan ego masing masing ya?? Semua harus didasarkan pada kebutuhan paling mendasar dulu seperti kebutuhan rumah tangga selama satu tahun. Kalau hemat saya, istri lebih detail menghitung bagian ini.  Berikut contoh perencanaan sederhana:
1.       Kebutuhan dapur. Kebutuhan dapur sehari Rp 20,000 X 30 hari X 12 Bulan = ……
2.       Kebutuhan pendidikan Anak. -. Iuran Wajib perbulan X 12 Bulan.
           -. Belanja ATK per tahun
           -. Jatah rekreasi anak di Sekolah X ! tahun (dan RAB laindari pihak
              sekolah yg biasanya sudah disosialisasikan oleh pihak sekolah
              per tahun-nya).= ……
3.       Kebutuhan jajan Anak. Hitung saja berapa rupiah si anak jajan per hari pada umumnya khe khe….
4.       Semua insyaAllah punya RAB yang hanya diketahui oleh masing-masing pribadi rumah tangga. Diteruskan sendiri hhe.
# 2. Bagian kedua yaitu Pertanggungjawaban atau kalau tiap akhir tahun biasa saya sebut Tutupan. “tutupan” ini boleh dilakukan tiap akhir minggu, akhir bulan, bahkan akhir tahun. Tetapi kalau hemat saya, mau dilaporkan di periode mingguan, bulanan ataupun tahunan akan lebih bijak kalau kita tetap konsisten pada penulisan yang rinci. Rinci disini adalah kita sebisa mungkin mengingat pemasukan dan pengeluaran apapun yang sudah kita lalui. Uang apa saja yang masuk, apa saja yang kita belanjakan, dan sisa ataukah kurang? Kalau kita terbiasa mencatata ataupun menginmgat apa yang kita lakukan, maka tidak ada lagi tumpuan kesalahan ataupun missCominuation antara kita dejngan suami. Semua ada catatannya, ada laporannya. Sama sama enak dan lega kalau dikelola bareng. Istri jangan hanya mau enaknya saja belanja ini dan itu sementara suami di luar sana bekerja mati matian untuk keluarga tetapi tidak tahu uang itu untuk apa saja. Pun sebaliknya, Suami jangan hanya mau ambil; beresnya saja tanpa tahu bahwa urusan dapur membengkak setiap harinya bukan karena istri tak pandai mengurus uang, tapi karena harga memang meroket naik sementara penghasilan kita segitu gitu saja (hikz…sedikit curcol). Ini yang kadang menimbulkan ketegangan tak terpecahkan. Kalau sama sama mau terbuka kan lebih enak, istri jadi tau suami itu sudah melakukan yang semaksimal mungkin, dan suami juga tahu bahwa kebutuhan di rumah itu tidak hanya sekedar nasi ditumpangi sayur dan lauk. Karena untuk sayur dan lauk yang enak perlu bumbu yang lengkap dan beraneka juga varietasnya khe khe khe. Laporan peng SPJ-an ini akan semakin bersifat ilmiah dan terkesan mewah kalau dituangkan dalam bentuk kertas bukan? Meskipun kalau memang sudah sangat malas dengan ribetnya urusan lain, kertas itu bisa saja dibuang dengan persetujuan kedua belah pihak (istri dan suami)
# 3. Tahap terakhir yaitu evaluasi. Setelah merencanakan agenda, melaluinya dan melaporkannya, kini bagian si suami atau istri evaluasi hasil kerja masing masing. Kalau ada sisa di laporan realisasi, maka sudah selayaknya itu menjadi rezeki berdua. Mau ditabung atau dimasukkan dalam Rencana Khusus adalah hak penuh kita dalam mengelola. Kalaupun masih kurang, (apalagi kurang banyak hha) itu juga menjadi tanggung jawab suami dan istri. Suami harus lebih giat lagi ubat ubut ubet di luar, istri juga harus lebih irit dan efisien serta cerdas ketika memegang uang dari suami ( hikz hikz.)
        Jadi kembali lagi pada awal tadi, semua kebijakan dalam rumah tangga terghantung pada para penghuninya. Kalau saya dan suami terbiasa berdiskusi dan saling melaporkan apa yang terjadi di sisi kehidupan masing masing ketika sedang tidak bareng. Saya akan lebigh paham apa kebutuhan suami, suami juga akan lebih ,mengerti keinginan istri tanpa harus kita minta. Akan terlihat poin poin kosong yang seharusnya diisi oleh dua orang. Poin poin kosong yang membutuhkan evaluasi bersama (semisal make up, shoping, rekreasi keluarga, dll). Poin ini masuk dalam sensitifitas pasangan.
Sederhana itu mudah, tidak ribet dan sesuai dengan kemampuan. Ada dua tipe laporan yang menurut hemat saya bisa diterima oleh suami tetapi tidak harus melalui proses seperti yang saya paparkan di atas tadi. Ini dikarenakan potensi seseorang berbeda beda, kemampuan dalam mengelola berbeda beda dan kemampuan dalam menyampaikan juga berbeda. Everybody has different Style.
Jika tak mampu menulis, tuangkan dalam perbincangan hangat di malam hari ditemani teh hangat atau kopi manis dan pilih waktu ketika anak anaka sudah tidur nyenyak. Jangan suguhkan RAB, Laporan dan Evaluasi ketika Suami sedang capek, sedang badmood, ataupun ketika dia baru bepergian (ini penting sekali memilih timing yang tepat lho…berhasil atau tidaknya bergantung juga pada pemilihan waktu yang bijak. Dikondisikan masing masing saja ya???). Dan untuk yang suka menulis, buatlah laporan yang mudah dipahami, enak didengar dan tidak membuat pikiran jadi tambah mumet (apalagi kalau setelah ditotal ternyata masih minus saldo-nya hikz), karena laporan yang enak adalah yang lugas, jelas dan padat.
SEMOGA BiSA BERMANFAAT YA???

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.