Header Ads

Breaking News
recent

Ilalang Hutan



Alang masih sama seperti yang dulu sewaktu Manda bertemu dengannya. Masih pendiam dan acuh tak acuh. Bahkan tak ada sepatah kata pun terucap saat Manda menyentuh tangannya yang lunglai.

                “Lang, kenapa bisa jadi begini?” bisik Manda parau menahan tangis. Ia iba melihat orang yang pertnah menanamkan sebuah rasa dalam hatinya. Alang masih saja diam. Tapi ia Nampak tersenyum, dan matanya yang lelah bersinar redup.
                “ Manda….” Katanya lirih. Manda tersenyum, ia mencondongkan sedikit badannya mencoba mendengar lebih jelas suara Alang yang Nampak susah keluar.
                “ Iya Lang…ini aku”
                “Terima kasih….”
                “Untuk apa? “ Tanya Manda heran. “ bukannya harusnya aku yang berterima kasih karena dulu kamu dah nolong aku …”. Alang tersenyum lemah. Wajahnya pucat.
                “aku yang harus mengucapkan kata-kata itu Man…”
                “ kenapa ?”. Alang tak segera menjawab. Terlihat begitu susahnya dia mengumpulkan tenaga untuk berbicara.  Manda masih menunggun dengan sabar. Tak lama kemudian, Alang bernapas berat, lalu menghembuskannya perlahan, seolah-olah akan mengucapkan hal berat yang selam ini disimpannya sendiri. Pandangannya menereawang pada langit-langit kamar.
                “ maaf kalau aku lantang, tapi….” Suara Alang terhenti oleh batuk. Amanda jadi iba melihatnya.
                “ Jangan bicara dulu Lang,,kamu masih lemah”
                “tidak…aku harus mengatakannya sekarang. Akuy harus mengakui bahwa kamu adalah orang yang pernah memberiku semangat untuk terus hidup, untuk terus berjuang …seperti dulu”. Manda merasa hatinya berdesir.
                “ Kamu..kamu mirip Maki”. Amanda terkejut.
                “ Siapa maki? “. Alang tersenyum pahit, ditatapnya wajah Manda dengan perasaan tak menentu.
                “ dia adalah orang yang sangat berarti buat aku. Orang yang paling memebri arti hidup buatku. Dan…kamu mengingatkanku akan sosoknya.”
                “Dimana dia sekarang? Tanya Manda agak ketus. Mau tak mau, emosinya ikut terpancing. Ucapan Alang membuat pengorbanannya seolah tak ada nilainya. Tetapi mendengar pertanyaan Manda, tiba-tiba mata Alang basah.
                Dia ada disini…” katanya sambil menunjuk dadanya. Lalu Alang terbatuk lagi, wajahnya makin pucat.
                “aku nggak ngerti Lang…maksud kamu apa?”
                Dia adalah orang yang membuat aku tetap hidup di desa ini. Orang yang sudah membawa hatiku turut pergi bersamanya…”. Meskipun  sebenarnya hati Manda hancur mendengarnya, tapi ia berusaha tetap tenang. Melihat kekuatan terakhir yang Alang gunakan untuk menemuinya, Amanda menyingkirkan perasaan itu.
                “ Dia pergi kemana? “
                “Dia meninggal Manda…dia meninggal di hutan tempat kamu dulu terjatuh. Waktu itu, kami pergi ke hutan untuk mengam,bil sampel air yang akan digunakan oleh desa terdekat, tetapi seorang pemburu liar tanpa sengaja menembakkan pelurunya kea rah maki sehingga Maki meninggal. Karena itu aku terus berada di desa itu, di hutran itu…untuk menjkaganya.” . Manda  menghela napas berat. Ada banyak sekali hal yang ternyata Alang sembunyikan darinya.
                “ Maaf, aku tahu tak ada seorangpun yang ingin dibandingklan, tapi sungguh kamu mengingatkanku padanya”. Lalu dia menatap Amanda dengan pandangan nanar sebelum melanjutkan ceritanya , “ pertama bertemu denganmu di jurang itu, aku langsung teringat dia, karena itu aku tak suka kamu trerlalu lama berada di desa. Kamu terlalu mirip dengannya”.
                                -----------------------------------------------------------------------------------
                Amanda diam. Alang diam. Yang terdengar hanya suara cericit burung di pohon yang berdiri kokoh sebelah kamar Alang. Amanda makin iba melihat Alang yang terlihat semakin lelah.  Semua perasaan senang dan kaget yang menyertainya datang ke desa Alang  berdasar surat yang temannya kirimkan perlahan berubah menjadi kekecewaan dan kehampaan mendengar cerita Alang. Ternyata dia bukan siapa siapa, bukan orang penting yang Alang tunggu. Dia hanyalah jelmaan Maki dimata Alang . jadi percuma saja dia jauh jauh dating kembali ke desa terpencil yang sudah 2 tahun ia tinggalkan. Tetapi melihat wajah penuh lelah Alang, kekecewaan itu membaur bersama kesaedihan yang tersisa di ruangan kamar Alang. 
                                ----------------------------------------------------------------------------------
                Sepertinya kejadian 2 tahunitu masih melekat erat di ingatan Amanda. Waktu dimana dia dikerjai teman-temannya sewaktu KPM di Desa Alang. Waktu itu, Amanda ditinggalkan sendiri di tengah hutan dekat perbatasan desa. Hutan wisata yang memang selalu menjadi ikon desa itu. Dia ditinggalkan pergi rombongan sewaktu memetik bunga di pinggiran sungai. Dan karena panik, tanpa sadar ia makin menjauhi desa mencari jalan untuk pulang. Dan ketika itu lah, kakinya terperosok jatuh ke jurang. Dia tak ingat apa apa lagi setelah itu. Dia juga tak ingat seberapa dalam jurang yang membuatnya pingsan. Ia hanya ingat, begitu terbangun dia mendapati seorang pemuda sedang memoleskan obat di pergelangan kakinya yang Nampak terkelupas terkena serpihan kayu di dalam jurang.
                Dan nama lelaki baik hati serta tampan itu Ilalang. Orang yang dikenal pendiam namun kreatif di desa itu. Sudah sejak lama semua teman satu rombongan KPM wanita memujinya dan berusaha mengambil hatinya. Namun Alang seolah acuh tak acuh. Tidak ada yang menarik perhatianny selain hutan yang ditinggalinya dan karya  yang sudah membuat desa itu terkenal akan kekayaan alam yang dimilikinya. Tak ada cerita istimewa  yang bisa Amanda ingat. Hanya saja, selama 2 Minggu dalam pengasuhan Ilalang sejak jatuh di jurang dan tak bisa berjalan seperti biasa, Amanda menemukan kehalusan pekerti dan ketegasan dalam diri Ilalang. Sikap acuh tak acuh yang selam ini ditampilkan, tetap saja tak bisa menutupi sifat sabar dan perhatiannya ketika merawat luka Amanda.
                Ilalang tak tinggal sendiri di rumahnya. Ada seorang wanita tua yang membantu merawat rumah yang didiaminya. Ini dikarenakan Ilalang bukan warga asli desa. Ia juga seorang pendatang katanya. Dulu dia dating bersama kawan-kawannya. Namun karena tertarik pada desa itu, akhirnya dia memilih untuk membangun dan menetap disana. Itu cerita yang biasa didengar oleh teman-teman Amanda dan disampaikan padanya ketika sedang santai bersama di luar agenda KPM.
                Hingga akhirnya Amanda mulai sadar ada yang aneh dengannya. Tatapan mataAlang yang kadang membuatnya berdesir. Tatapan itu begitu menentramkan hatinya. Tatapan teduh yang selama ini tak pernah ia dapatkan. Bahkan dari ayahnya sekalipun. Perlindungan yang Alang berikan membuatnya terlena. Perasaan itu kian tumbuh subur tanpa Amanda bisa mencegahnya. Ia mulai nyaman berada di samping Ilalang. Ia mulai menyukai laki-laki itu. Ia mulai mengaguminya. Dan lambat laun, ia mulai mencintainya.
                “ 2 hari lagi kami akan pulang Lang…” pamit Amanda sambil mengemasi baju yang telah dilipatnya. Alang tertegun sebentar, tetapi kemudian kembali sibuk dengan kameranya.
                “ lang…kamu denger ga? “
                “ iya…besok akan aku antar kalian sampai ke perbatasan desa.” Jawab Alang tanpa menoleh.
                ‘ aku akan sedih berpisah dengan warga disini…denganmu juga” ucap Amanda lirih. Seolah tidak yakin dengan ucapannya.
                “ kamu bisa berkunjung kesini…ke desa ini jika mau.”. dan sampai disitu percakapan malam itu. Tidak ada lagi yang bisa Amanda ucapkan. Hingga 2 hari menjelang, Alang tak juga mengucapkan apa- apa. Tidak juga ucapan perpisahan khusus untuk Manda yang selama ini dikabarkan dekat dengannya. Jabatan tanggannya dingin dan tidak ada ekspresi kesedihan di wajah nya ketika mereka berpisah di terminal.
                “ senang bisa bertemu dengan mu Manda…” ucap Alang. Dan ucapan itu sama dengan ucapan yang Alang sampaikan pada teman kuliahnya yang lain.
                                                ------------------------------------------------------------------------
                Sentuhan di bahu membuat Amanda terhenyak. Ia sadar sudah terlalu lama mengenang masa lalu. Ia menatap Alang yang sedang istirahat dengan tenang di atas kasurnya. Susanti tersenyum dan pergi meninggalkan mereka berdua saja di ruangan itu. Amanda mendekati Alang dan memperhatikan wajahnya. Tak banyak yang berubah. Wajahnya masih sama. Hanya saja, kali ini guratan kesedihan dan kelelahan Nampak mendominasi rupanya. Tak berapa lama kemudian, Alang kembali terbatukdan terbangun. Bergegas Amanda mengambilkan air dan memberikannya pada Alang. Namun Alang menolak.  Sedikit memaksa, Amanda meminumkan air putih  itu ke mulut Alang. Alang kali ini tak menolak.
                “ terimakasih….” Ucap Alang sambil tersenyum. Indah sekali senyumnya, senyum yang dulu dan bahkan sampai sekarang selalu mebuat hati Amanda berdesir. Amanda membalas senyuman Alang.
                “ Lang…”
                ‘ Hm..”
                “ boleh aku menggantikan Maki?”. Alang terperanjat, tapi lalu menggeleng lemah.
                “ Banyak hal darinya yang tak bisa tergantikan, tapi terima kasih karena kau pernah menghidupkan Maki”. Amanda terisak, hanya sebatas itu rasa yang diberikan Alang untuknya.
                “ Maaf ya Man….”. Amanda mengangguk dan terisak lagi. Alang kembali diam. Napasnya yang memburu tak terdengar lagi. Dia telah tertidur dengan mimpi indah bertemu dengan kekasihnya, dan menjaga hutan itu untuk selamanya.


                                                                                                                SMU 1 Kaliwiro, 29 September 2005.
               

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.