Header Ads

Breaking News
recent

Cinderella



Aku menepis tangannya dan mencoba tersenyum.
            “ Jangan bercanda ! kalau nanti aku nanggepinnya serius gimana?”
            “ nggak papa, aku serius kok” mata tajamnya menghujam, menusuk hatiku membuat jantungku berdebar semakin cepat. Aku memalingkan muka untuk menghindari tatapan itu. Tatapan yang membuatku susah tidur dan tidak konsen belajar.

 Dia, Tantra..orang yang selalu mempermainkan aku. Karena aku orang yang dengan mudah gugup dan gemetaran di dekat cowok. Karena aku dibiil;ang culun dan nggak gaul. Tapi entah kenapa, diam-diam aku menyukainya. Aku menyukai suaranya, aku menyukai senyumnya, aku menyukai tatapan matanya, dan intinya aku menikmati godaan yang dialamatkannya padaku meskipun itu membuatku tampak semakin bodoh berada di dekatnya. Tapi aku sama sekali tak peduli. Aku menyukainya… dan rasa itu tak perlu alasan untuk dijelaskan. Aku meninggalkan Tantra yang masih tersenyum jahil. Dengan masih deg-degan dan perasaan tidak karuan yang menyertai langkahku.
            “ Din !! aku serius suka sama kamu !” teriaknya lantang. Aku menoleh dan tersenyum lalu melanjutkan langkahku meninggalkan halaman sekolah yang sudah sepi.
                                    ----------------------------------------------------------
            Aku berjalan menunduk. Sibuk dengan pikiranku yang penuh dengan nama Tantra. Aku tahu Tantra hanya mengujiku dengan caranya. Untuk melihat ekspresiku lalu menertawakannya bersama genk besarnya. Tapi aku tetap berharap bahwa Tantra benar-benar menyukaiku. Sungguh harapan yang bodoh.
            Aku menghentikan langkahku ketika motor Tantra berhenti tepat di hadapanku.
            “ Mau ikutan ga Din?”
            “ Ikutan kemana?” tanyaku polos.
            “ pulang…aku anterin”
            “nggak…terima kasih sekali”. Aku berbalik arah menyeberang jalan. Sialnya aku nggak pernah bisa membedakan antara Tantra yang serius dan Tantra yang sedang bercanda. Keduanya sama saja. Karena itulah kadang-kadang aku menganggap dia benar-benar serius. Teman-temanku bilang aku terlalu polos untuk membedakan antara serius atau tidak seriusnya sikap Tantra. Mereka juga bilangh kalau aku tidak boleh terlalu serius dengan tingkah polah Tantra. Dan… kenapa  jadi mereka yang ribet ngurusin aku sih??! Padahal aku ini ga begitu memikirkannya…kadang kadang saja perasaan itu datang dan tak mau pergi. Ini bukan salahku. Tantra saja yang memang seperti…akkh, sudahlah.  Aku semakin galau memikirkan sikap Tantra.
                        --------------------------------------------------------------------------
            Aku bersiap pergi, nonton sama Tantra. Kemarin dia mendatangiku di rumah dan mengajakku pergi nonton. Awalnya aku sempat tidak percaya,,tapi setelah dia memebri kan tiket nontonnya ke tanganku aku jadi ragu. Dan akhirnya aku menerima ajakan Tantra dengan masih diliuputi banyak pertanyaan di pikiranku. Akankah mimpi Cinderella akan terwujud di usiaku sekarang??
            Dan akhirnya setelah lebih dari 1 jam aku menunggu Tantra di depan rumah. Daqn dia tak muncul. Tak juga ada sms atau telephone. Malu kalau akau harus sms atau telephone di duluan. Padahal dia sendiri yang janji mau menjemputku di rumah. Mungkin film sudah diputar seperampat jam yang lalu, tapi itu toidak penting. Aku sebenarnya juga tidak begitu suka dengan film seperti itu. Tetapi karena Tantra yang ngajak, apalagi ini Sabtu malam…aku sudah terklalu banyak berharap itu akan menjadi moment yang paling indah di hidupku. Tapi ternyata aku salah…setelah 2 jam menunggu tanpa hadirnya Tantra, aku baru sadar kalau ini salah satu keisengan Tantra. Dasar Tantra….dia tidak pernah ngerti berapa besar kekecewaan yang aku rasakan saat ini. Aku menangis, menangisi kebodohan yang aku lakukan. Bagaimana mungkin aku menyukai Tantra yang memperlakukanku seperti orang bodoh. Aku benci Tantra !! aku benci perasaanku padanya….
                        -------------------------------------------------------------------------
            Dengan wajah tanpa dosa Tantra mendahuluiku masuk kelas sambil tersenyum.
            ‘ Duluan ya Din…” ucapnya enteng, seperti biasa. Aku mengangguk dan tersenyum. Padahal hatiku menjerit. Menangis sejadi-jadinya. Dia bahkan tidak meminta maaf sudah membatalkan janji sepihak. Dan aku memang bodoh…kembali aku merutuki nasibku.
                        --------------------------------------------------------------------------
            “ Kamu sih Din, gampang banget dibohongi. Dia bahkan tidak minta maaf udah batalin janji ma kamu” komentar Rita ketika aku cerita soal kemarin.
            “ iya…!!kalau aku jadi kamu dah aku tampar dia pas tadi ketemu. Seenak jidatnya aja dia mempermainkan perasaan kamu “ Lisa menyahuti ucapan Rita.
            “ aku juga nyesel, kenapa aku anggap dia serius sama aku” kataku pelan sambil menunjukkan 2 lembar tiket yang kemarin Tantra berikan untukku.
            “ hanya karena ini?? Seru Rita dan Lisa berbarengan. Aku mengangguk
            “ duh Dina…kamu ini gimana sih. Buat Tantra, tiket ini ga ada artinya disbanding kepuasan dia buat nertawain kamu setelah dia tahu kamu nungguin dia semalaman…dia pasti sedang nertawain kamu sekarang”. Aku menunduk..tidak menyangka Tantra akan sekejam itu.
            “ udahlah Din…lupain Tantra. Kamu jangan kaya gini terus. Ga usah mimpi jadi Cinderella lagi…” sambil berkata, Rita menunjuk kea rah pintu kelas. Kulihat Tantra datang dengan Melly. Cewek cantik yang terkenal seantero sekolah karena kecantikan dan kepopulerannya. Dia tersenyum ke arahku.
            “ Din..kemarin malam sorry banget ya ga jadi nonton. Soalnya kemarin aku pergi sama Tara ke pesta temannya”
            “ Nggak papa kok, aku juga mau bilang sorry soalnya kemarein aku pergi sama Rita dan Lisa. Nih tiketnya aku kembaliin”. Rita dan Lisa tersenyum. Aku menggenggamkan tiket itu di tangan Tantra, kemudian pergi. Tantra menatap Tara lalu berganti menatap kepergian kami. Aku menangis. Rita dan Lisa merangkulku dan mengusap air mataku dengan selembar tissue.
            “ kamu emang bukan Cinderella Din,,kamu Dina yang baiik banget karena bisa tersenyum di depan Tantra yang udah bikin kamu nangis seperti ini”. Aku menoleh dan hanya mengangguk.


                                                                        SMU, 16 Januari 2016.

Nb : Tulisan yang tercecer dari Sahabat. Wartinah (maaf kalau banyak editan dan sedikit berubah ya....hhe. menyesuaikan umur sekarang tulisannya )

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.